Implementasi
Pengeloaan Kelas yang Efektif Sebagai Peningkat Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran di kelas
Abstrak:
Kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru yang professional adalah kemampuan dalam
mengelola kelas. Tujuan dari penelitian ini yakni
untuk mengetahui bagaimana sekolah dalam menerapkan konsep pengembangan sistem manajemen pendidikan
di sekolahnya, serta bagaimana upaya peningkatan mutu dengan penerapan
pendekatan dan permasalahan sistem
manajemen pendidikan yang timbul di
dalamnya. Dan juga dapat mengetahui bahwa sekolah
menerapkan konsep-konsep sistem manajemen
pendidikan. Metode yang digunakan yakni metode pengembangan, dengan
mengembangkan suatu sistem pengelolaan kelas yang teratur sehingga dapat menganalisa
pengembangannya agar sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan disekolah yang
diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
penyusunan program pengelolaan kelas berpedoman pada prinsip-prinsip dasar
sistem manajemen pendidikan yang ada, implementasi manajemen pengelolaan kelas
yang dilakukan kepala sekolah dengan melibatkan seluruh pendukung sekolah,
Manfaat penerapan manajemen pengelolaan kelas terjadinya peningkatan program
yang dikelola sehingga berpengaruh
terhadap prestasi siswa dan meningkatnya kinerja sekolah.
Kata
Kunci: pengelolaan
kelas, pembelajaran, motivasi
Abstrac: Competence that must be possessed by a professional teacher is the ability to manage the class. The purpose of this study is to find out how schools apply the concept of developing an education management system in their schools, as well as how to improve quality by implementing approaches and problems in the education management system that arise in it. And also can know that schools apply the concepts of education management systems. The method used is the development method, by developing a regular classroom management system so that it can analyze its development so that the system can meet the needs of the school under study. The results showed that the preparation of class management programs was guided by the basic principles of the existing education management system, the implementation of classroom management conducted by principals involving all school supporters, the benefits of implementing classroom management management were the improvement of managed programs so that it affected student achievement and increasing school performance.
Dalam
manajemen pendidikan terdapat beberapa substansi, salah satunya adalah
manajemen sarana prasarana. Manajemen sarana prasarana Menurut
Rohiat (2012:26) manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur
untuk mempersiapkan segala perlatan/material bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah. dalam manajemen sarana prasarana terdapat perencanaan
pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan
agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Perlu adanya pengelolaan sarana prasarana yang baik. pengorganisasian ruang
kelas termasuk salah satu cara untuk menjaga kondisi sarana prasana agar tetap
baik serta untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman. Menurut
Nurabadi (2016:30) aspek yang harus
diperhatikan pada fasilitas fisik kelas adalah pengaturan alat pelajaran,
pengaturan ruangan dan tata usaha kelas.
Berdasarkan
analisis SWOT ditemukan kelebihan, kekurangan, peluang, serta ancaman. Pada TK
Yala Widya memiliki kelebihan yakni mampu menjalin hubungan baik dengan
masyarakat, TK memberikan biaya spp yang terjangkau untuk masyarakat, tenaga
Pendidik sesuai dengan standart kompetensi guru yang cukup baik. Kelemahannya
adalah fasilitas yang kurang memadai, penataan ruang yang kurang baik, dan
lahan dan bangunan yang masih menumpang.
Terdapat peluang pada TK ini yaitu terletak di tempat yang
strategis, mendapat kepercayaan dari masyarakat, mendapat dukungan finansial
dari yayasan, mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan didukung
oleh tenaga pendidik yang berkompeten, dan memiliki
esktrakurikuler tari yang dikenal masyarakat luas. Namun terdapat ancaman,
antara lain: TK bisa di gusur oleh pihak yang mempunyai lahan, tidak dapat
mengikuti akreditasi karena lahan bukan milik sendiri, persaingan yang ketat
karena dalam satu daerah terdapat banyak TK yang lebih unggul, dan keterbatasan
dana yang mengakibatkan sulitnya memperbaiki sarana prasarana.
Dari penjabaran di atas, masalah yang mendesak
adalah
METODE
Penelitian ini menggunakan
metode pengembangan yakni dengan cara mengembangkan suatu sistem dan
menganalisa apa saja yang dibutuhkan oleh sistem yang akan dikembangkan, di TK
Yala Widya pengembangan yang dilakukan yakni mengenai pengelolaan kelas,
melalui metode ini para anggota kelompok melakukan pengembangan mulai dari
sistem dekorasi kelas sampai dengan sistem tata ruang sarana yang ada di kelas.
Penelitian Pengembangan (research and development) adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan atau menghasilkan suatu produk, program, atau model kegiatan tertentu. Tujuan
penelitian pengembangan tidak ditekankan untuk menguji atau memformulasikan hipotesis, tetapi suatu
produk, yang bisa berupa, bahan, alat, program, atau Model. Penelitian tindakan atau penelitian
operasional, juga bisa menghasilkan produk, akan tetapi ada perbedaanya. Pada
penelitian tindakan lebih ditekankan pada pemecahan masalah, dan perbaikan
dilakukan selama proses penelitian. Produk yang dihasilkan sebagai model
pemecahan masalah dilakukan selama proses penelitian. Sedangkan penelitian
pengembangan, lebih ditekankan pada usaha untuk menghasilkan produk yang lebih
baik. Seperti halnya Menurut Ulfatin (2015) pada tahapan
pengembangan, peneliti berusaha menindak lanjuti hasil penelitiannya dengan
menghasilkan produk pengembangan. Anggota kelompok juga membuat beberapa produk
penunjang pembelajaran di TK Yala Widya yang salah satu hasilnya adalah Pigora
untuk memperlihatkan tema pembelajaran.
HASIL
Tahap
Awal Kegiatan Pengembangan
Dalam kegiatan
awal pengembangan, tim pengembangan mendatangi sekolah untuk meminta izin,
selanjutnya melakakukan wawancara terlebih dahulu dengan Kepala TK Yala Widya,
yakni Bekti Rahayu, A.Ma.Pd
mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Setelah
melakukan wawancara, tim pengembang berkeliling untuk melihat kondisi sekolah.
Pada saat wawancara tim pengembang juga melakukan analisis permasalahan yang
dihadapi oleh sekolah. Berikut permasalahan yang yang telah diidentifikasi oleh
tim pengembang berdasarkan hasil wawancara tersebut.
1.
Penataan ruang yang kurang.
2.
Hiasan dinding yang ada terlihat sudah
lama belum diganti.
3.
Sarana prasarana yang belum memadai.
4.
Finansial sekolah dalam keadaan kurang
baik karena pada tahun ini sekolah tidak mendapat dana BOS.
Dari
permasalahan-permasalahan yang ada, tim pengembang memilih dan memilah
permasalahan yang perlu dilakukan pengembangan
agar kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap mampu berjalan dengan baik.
Tahap
Inti Kegiatan Pengembangan
Setelah bahan tersedia, tim pengembang
melaksanakan pengembangan tersebut dengan membawa dan menyiapkan bahan serta
alat yang akan digunakan. Kegiatan dimulai dari
proses persiapan yang dimulai membersikan kelas serta menurunkan hiasan dinding
yang ada agar memudahkan dalam proses pemasangan dan juga pengecatan.
Pengembangan pertama dilakukan di kelas TK-B terlebih dahulu, yakni melakukan
pengecatan dinding bagian bawah karena warna cat pada dinding bagian bawah
telah pudar. Setelah melakukan pengecatan, selanjutnya menambah atau melakukan
pemasangan hiasan dinding atau gambar diantara batasan antara dinding bagian
atas dan bawah. Dalam pemasangan ini guru TK-B dan kepala sekolah terlibat
dalam memilih tempat yang untuk hiasan dinding dipasang. Pada tahap ini tim
pengembang mendapatkan kendala dikarenakan terdapat hasil karya guru dan
peserta didik yang lain sehingga guru dan kepala sekolah membantu dalam
mengatasi kendala ini dengan memberikan solusi. Selanjutnya adalah melakukan
penataan pada kursi serta meja guru dan peserta didik, tidak hanya meja dan
kursi tetapi keberadaan lemari juga diperhatikan agar mengganggu.
Kegiatan
yang selanjutnya dilakukan di kelas TK-A, yang dimulai dengan membersihkan
hiasan dinding dan juga hiasan-hiasan lainnya. Selanjutnya, menyingkirkan
barang yang tidak dibutuhkan di dalam kelas tersebut. Hiasan dinding mulai
dipasangkan dengan dibantu oleh guru TK-A dan kepala sekolah. Untuk hiasan yang
telah usang maka akan digantikan dengan hiasan yang baru. Pada saat memasang
hiasan, beberapa tim pengembang membuat tempat pigura untuk menempelkan tema
yang sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pigura ini
merupakan permintaan dari guru kelas yang pada awal tim pengembang telah
meminta pendapat mengenai yang dibutuhkan. Setelah selesai, pigura dipasangkan
di tempat yang telah disediakan. Kegiatan terakhir dalam pengimplementasian ini
adalah menata ruang kelas dari meja dan kursi, lemari, dan tempat mainan anak.
Semua itu dilakukan agar peserta didik dapat belajar dengan baik serta dapat
bebas bergerak selama di kelas.
Dalam pengaturan ruang kelastim pengembang menata tempat anak duduk dengan
bekelompok agar memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu serta
memantau tingkah laku anak didik dalam belajar.
Dalam tahap inti ini, pihak sekolah sangat membantu tim pengembang untuk
melaksanakan pengembangnnya.
Tahap
Akhir Kegiatan Pengembangan
Pada tahap
akhir, tim pengembang meminta izin untuk memasuki kelas guna melihat
pembelajaran di kelas. Pada saat memasuki kelas, guru menanyakan mengeneai
hiasan-hiasan yang baru dikelas dan bagaimana perasaan dari peserta didik.
Peserta didik mengungkapkan bahwa mereka senang dengan suasana kelas yang baru
dengan hiasan-hiasan yang baru. Pembelajaran yang ada juga berjalan dengan baik
dan guru juga merasa terbantu dengan adanya hiasan dinding tersebut karena
beberapa hiasan dinding berupa angka dan huruf yang disertai dengan gambar
binatang. Pada saat di kelas TK-A tim pengembang, dipersilahkan untuk membantu
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Setelah selesai melakukan
pengimplementasian, tim pengembang melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
ketika peserta didik telah pulang. Dalam hal ini, kepala sekolah menyampaikan
bahwa pengembangan ini dapat dikatakan sukses dan berjalan dengan baik.
Selanjutnya, kepala sekolah dan guru
menyampaikan kesan dan pesannya selama dilakukannnya pengembangan ini. Tim
pengembang mengucapkan terima kasih kepada sekolah telah diberikan kesempatan
untuk melakukan pengembangan ini.
PEMBAHASAN
Tahap
Awal Kegiatan Pengembangan
Dalam kegiatan
awal pengembangan, tim pengembangan mendatangi sekolah untuk meminta izin,
selanjutnya melakakukan wawancara terlebih dahulu dengan Kepala TK Yala Widya,
yakni Bekti Rahayu, A.Ma.Pd
mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Setelah
melakukan wawancara, tim pengembang berkeliling untuk melihat kondisi sekolah.
Pada saat wawancara tim pengembang juga melakukan analisis permasalahan yang
dihadapi oleh sekolah. Berikut permasalahan yang yang telah diidentifikasi oleh
tim pengembang berdasarkan hasil wawancara tersebut.
1.
Penataan ruang yang kurang.
2.
Hiasan dinding yang ada terlihat sudah
lama belum diganti.
3.
Sarana prasarana yang belum memadai.
4.
Finansial sekolah dalam keadaan kurang baik
karena pada tahun ini sekolah tidak mendapat dana BOS.
Menurut
Bafadal (2003) manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan
sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan
secara efektif dan efisien. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah
dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada
umumnya, yaitu : mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu
direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung
semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua
perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar. Salah satu sarana yang berada di sekolah yaitu adalah
kelas. Kelas merupakan tempat dimana segala aspek pembelajaran bertemu dan
berproses bersama.
Dari
permasalahan-permasalahan yang ada, tim pengembang memilih dan memilah
permasalahan yang perlu dilakukan pengembangan agar
kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap mampu berjalan dengan baik. Menurut
Djamarah (1996:227), agar
tercipta suasana belajar yang menggairahkan, maka perlu diperhatikan pengaturan dan penataan ruang
kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan
anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara kuasa untuk membantu
peserta
didik dalam belajar.
Dalam pengaturan perlu diperhatikan hal-hal berikut: Ukuran dan bentuk kelas,
bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik. jumlah peserta didik dalam kelas, jumlah peserta didik dalam setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, komposisi
peserta
didik dalam kelompokseperti
peserta
didik pandai dengan peserta
didik kurang pandai,
pria dan wanita.
Dari hasil
tersebut, tim pengembang menyusun proposal yang selanjutnya akan diajukan
diajukan ke sekolah. Kepala sekolah menyetujui proposal pengembangan ruang
kelas tersebut dan memberikan masukan dalam pengembangan ini. Kepala sekolah
menyerahkan sepenuhnya kepada tim pengembang dan dapat berkoordinasi dengan
guru masing-masing kelas. Tim pengembang menerima masukan tersebut dan
mengembangkan konsep dan ide dengan mengkonsultasikan mengenai aspek penataan
ruang kelas yang diinginkan oleh kepala sekolah dan guru. Tim pengembang
meminta izin untuk melakukan pengembangan pada jam pulang sekolah agar tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Dengan adanya persetujuan dari pihak sekolah, tim pengembang menentukan
bahan dan alat yang akan digunakan dalam menata ruang kelas.
Menurut Azizah (2017:49), Pengorganisasian kelas
dimulai dari pengelompokan peserta didik berdasarkan kecerdasan mereka.
Pengorganisasian dilakukan guru supaya dapat membuat strategi pembelajaran yang
tepat, efektif, dan efisien. Jika pengelompokan tidak dilakukan, guru mengalami
kesulitan dalam menetapkan standar kompetensi hasil pembelajaran yang telah
dilakukan, dan di dalam organisasi sebagai seorang ketua oragnisasi akan turut
membatu pada proses pengorganisasian agar pembagian kerja para anggota
organisasi jelas dan bisa terkontrol oleh ketua organisasi.
Tujuan dalam pengorganisasian kelas
adalah mewujudkan terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan
baik sesuai kemampuan mereka. Serta tujuan
umumnya yakni pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar
agar mencapai hasil yang baik
Menurut Usman (2002) dalam Kadir (2014:23), didalam pengorganisasian Mengelola kelas terdapat
tujuan khusus yakni mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapakan.
Tahap
Inti Kegiatan Pengembangan
Setelah bahan
tersedia, tim pengembang melaksanakan pengembangan tersebut dengan membawa dan
menyiapkan bahan serta alat yang akan digunakan. Kegiatan
dimulai dari proses persiapan yang dimulai membersikan kelas serta menurunkan
hiasan dinding yang ada agar memudahkan dalam proses pemasangan dan juga
pengecatan. Pengembangan pertama dilakukan di kelas TK-B terlebih dahulu, yakni
melakukan pengecatan dinding bagian bawah karena warna cat pada dinding bagian
bawah telah pudar. Setelah melakukan pengecatan, selanjutnya menambah atau
melakukan pemasangan hiasan dinding atau gambar diantara batasan antara dinding
bagian atas dan bawah. Dalam pemasangan ini guru TK-B dan kepala sekolah
terlibat dalam memilih tempat yang untuk hiasan dinding dipasang. Pada tahap
ini tim pengembang mendapatkan kendala dikarenakan terdapat hasil karya guru
dan peserta didik yang lain sehingga guru dan kepala sekolah membantu dalam
mengatasi kendala ini dengan memberikan solusi. Selanjutnya adalah melakukan penataan
pada kursi serta meja guru dan peserta didik, tidak hanya meja dan kursi tetapi
keberadaan lemari juga diperhatikan agar mengganggu. Sebagaimana menurut Rianto(2007:1), pengelolaan kelas
merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar
serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Kegiatan yang
selanjutnya dilakukan di kelas TK-A, yang dimulai dengan membersihkan hiasan
dinding dan juga hiasan-hiasan lainnya. Selanjutnya, menyingkirkan barang yang
tidak dibutuhkan di dalam kelas tersebut. Hiasan dinding mulai dipasangkan
dengan dibantu oleh guru TK-A dan kepala sekolah. Untuk hiasan yang telah usang
maka akan digantikan dengan hiasan yang baru. Pada saat memasang hiasan,
beberapa tim pengembang membuat tempat pigura untuk menempelkan tema yang
sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pigura ini merupakan
permintaan dari guru kelas yang pada awal tim pengembang telah meminta pendapat
mengenai yang dibutuhkan. Setelah selesai, pigura dipasangkan di tempat yang
telah disediakan. Kegiatan terakhir dalam pengimplementasian ini adalah menata
ruang kelas dari meja dan kursi, lemari, dan tempat mainan anak. Semua itu
dilakukan agar peserta didik dapat belajar dengan baik serta dapat bebas
bergerak selama di kelas. Dalam menata ruang kelas, tim pengembang
memperhatikan beberapa prinsip menurut Loisell dalam Winataputra, (2003:9)
yaitu: (1) Visibility( Keleluasaan Pandangan), artinya penempatan dan penataan
barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan peserta didik, sehingga
peserta didik secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang
sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua peserta didik
kegiatan pembelajaran. (2) Accesibility (mudah dicapai), penataan ruang harus dapat memudahkan
anak didik untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama
proses pembelajaran. (3) Fleksibilitas (Keluwesan), barang-barang di dalam kelas
hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok. (4)
Kenyamanan, berkenaan
dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. (5)
Keindahan,
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru
menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Menurut Rahmawati (2013) Pelaksanaan
dilakukan guru dengan mengkondisikan kelas, mengatur lingkungan fisik kelas,
menciptakan hubungan baik guru dengan siswa, mengatasi masalah disiplin,
memberikan pujian dan hadiah, menggunakan metode yang bervariasi, memberikan
hukuman dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Kendala dalam
pelaksanaan pengelolaan kelas yaitu kondisi guru yang tidak fit, penggunaan
metode pembelajaran yang tidak sesuai, kurangnya sikap disiplin dan kesadaran
siswa dalam memenuhi tugas dan haknya di kelas, siswa belum siap menerima pelajaran
dan fasilitas tidak dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik Upaya mengatasi kendala
dalam yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa, menunjukkan perilaku
disiplin, memberikan penguatan kepada siswa, mencatat siswa yang berperilaku
menyimpang di buku tata tertib, menegur siswa yang ramai serta membuat
peraturan di dalam kelas yang wajib ditaati siswa dan memelihara fasilitas
dengan membersihkan dan melengkapi alat-alat di kelas.Guru saling membantu dalam pengelolaan kelas, dan
memiliki kerja sama yang baik agar tercipta kondisi kelas yang baik dan
kondusif.
Dalam pengaturan ruang kelastim pengembang menata tempat anak duduk dengan
bekelompok agar memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu serta
memantau tingkah laku anak didik dalam
belajar. Dalam tahap inti ini, pihak sekolah sangat membantu tim pengembang
untuk melaksanakan pengembangnnya.
Tahap
Akhir Kegiatan Pengembangan
Pada tahap
akhir, tim pengembang meminta izin untuk memasuki kelas guna melihat pembelajaran
di kelas. Pada saat memasuki kelas, guru menanyakan mengeneai hiasan-hiasan
yang baru dikelas dan bagaimana perasaan dari peserta didik. Peserta didik
mengungkapkan bahwa mereka senang dengan suasana kelas yang baru dengan
hiasan-hiasan yang baru. Pembelajaran yang ada juga berjalan dengan baik dan
guru juga merasa terbantu dengan adanya hiasan dinding tersebut karena beberapa
hiasan dinding berupa angka dan huruf yang disertai dengan gambar binatang.
Pada saat di kelas TK-A tim pengembang, dipersilahkan untuk membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Setelah
selesai melakukan pengimplementasian, tim pengembang melakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan ketika peserta didik telah pulang. Dalam hal ini, kepala
sekolah menyampaikan bahwa pengembangan ini dapat dikatakan sukses dan berjalan
dengan baik. Selanjutnya, kepala sekolah
dan guru menyampaikan kesan dan pesannya selama dilakukannnya pengembangan ini.
Tim pengembang mengucapkan terima kasih kepada sekolah telah diberikan
kesempatan untuk melakukan pengembangan ini. Tim pengembang memberikan banner
dan juga brosur kepada sekolah, hal ini dapat berguna untuk sekolah dalam
melakukan promosi. Pihak sekolah mengungkapkan rasa puas dan senangnya dengan
banner dan brosur yang diberikan oleh tim pengembang serta ruang kelas dengan
suasana baru.
Menurut burhanudin (2014) Di Dalam
pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi guna mencapai
tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana dengan baik. Monitoring
dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengolahan pendidikan, baik di
tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Dinas
Pendidikan Propinsi), maupun makro (Departemen). Hal ini didasari oleh
pemikiran bahwa dengan monitoring dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat
kemajuan pendidikan pada tingkat sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen, monitoring tersebut juga salah satunya melihat dari
bagaimana penaatan ruang kelas yang ada di sekolah tersebut.
Tujuan monitoring dan evaluasi
ditunjukan untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian anatar rencana yang
ditetapkan dengan hasil yang dicapai berdasarkan program dan kegiatan yakni
dengan program pengelolaan kelas itu sendiri, secara spesifik monitoring
dilakukan untuk mencegah penyimpangan terhadap input dan proses.
Serta evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian hasil yang telah dicapai dalam proses
pelaksanaan yakni program pengelolaan kelas secara hasil nyata dengan hasil yang
di harapkan sebagaimana tertulis dalam program tersebut.
Berdasarkan program pengembangan
yang dilakukan oleh tim pengembang di TK Yala Widya, tim pengembang menemukan
beberapa kelemahan dan kelebihan dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
Berikut kelebihan selama implementasi pengelolaan kelas yakni: (1) Sangat
efektif dalam pembelajaran; (2) siswa menjadi sangat nyaman dengan keadaan
kelas yang baik, bila kegiatan ini sukses dilakukan; (3) menjadikan
pembelajaran lebih nyaman; (4) siswa menjadi cepat menanggapi setiap
pembelajaran yang ada ; dan (5) siswa dapat belajar dengan baik, karena adanya
dekorasi yang mendukung dalam pembelajaran kelas. Sedangkan kelemahan selama
implementasi pengelolaan kelas yakni; (1) biasanya kurang adanya perawatan secara
berkala terhadap pengelolaan kelas; (2) siswa terkadang kurang fokus terhadap
pembelajaran akibat dekorasi yang berlebihan; dan (3) Partisipasi siswa untuk
menjaga kelas agar lebih tampak rapi kurang
KESIMPULAN
Pengelolaan kelas sangat dibutuhkan agar kelas terlihat
kondusif dan teratur, perencaan juga bisa di mulai dari merencanakan kebutuhan
sarana dan prasana sekolah. Pelaksanaan dilakukan
guru dengan mengkondisikan kelas, mengatur lingkungan fisik kelas, menciptakan
hubungan baik guru dengan siswa, mengatasi masalah disiplin, memberikan pujian
dan hadiah, menggunakan metode yang bervariasi, memberikan hukuman dan
menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Kendala dalam pelaksanaan pengelolaan
kelas yaitu kondisi guru yang tidak fit, penggunaan metode pembelajaran yang
tidak sesuai, kurangnya sikap disiplin dan kesadaran siswa dalam memenuhi tugas
dan haknya di kelas, siswa belum siap menerima pelajaran dan fasilitas tidak
dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik.
Dan pengorganisasian kelas adalah mewujudkan
terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai kemampuan
mereka. Serta diadakan monitoring dan evaluasi dengan tujuan
untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian anatar rencana yang ditetapkan
dengan hasil yang dicapai berdasarkan program dan kegiatan yakni dengan program
pengelolaan kelas itu sendiri, secara spesifik monitoring dilakukan untuk
mencegah penyimpangan terhadap input dan proses.
DAFTAR RUJUKAN
Nurabadi, A. 2016. Manajemen
Kelas Berbasis Peserta Didik. Malang: Universitas Negeri Malang.
Azizah,
Mar’atul. 2017. Implementasi
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Keefektifan Pembelajaran Tafsir Ahkam di MTs
Al Urwatul Wutsqo Jombang. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, (Online), 1
(1): 37-61, (http://jurnal.stituwjombang.ac.id),
diakses 24 Agustus 2018.
Bafadal,
Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta : PT BUMIKARSA.
Rahmawati,
Eka Lina. 2013. Pelaksanaan Pengelolaan
Kelas di SD Negeri Kauman 1 Kecamatan Klojen Kota Malang. (Online) (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/25477). ). Di akses 3 Oktober 2018.
Burhanuddin, A. 2014. Monitoring dan Evaluasi Satuan Pendidikan.(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/%C2%AD%C2%AD%C2%ADmonitoring-dan-evaluasi-pengelolaan-satuan-pendidikan/) (Online). Di akses 5 Oktober 2018.
Ariestadi.
D. 2010. Kajian Dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-Kanak Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini Di Indonesia. (Online),
(https://download.portalgaurda.org). Di akses 3 Oktober 2018.
Azizah,
Mar’atul. 2017. Implementasi
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Keefektifan Pembelajaran Tafsir Ahkam di MTs
Al Urwatul Wutsqo Jombang. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, (Online), 1
(1): 37-61, (http://jurnal.stituwjombang.ac.id),
diakses 24 Agustus 2018.
Bafadal,
Ibrahim. 2014. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Kadir,
Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi Offset
Kadir,
St Fatimah. 2014. Keterampilan
Mengelola Kelas dan Implementasinya dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Ta’dib, (Online), 7 (2):
16-36, (http://ejournal.iainkendari.ac.id),
diakses 24 Agustus 2018.
Nurabadi, Ahmad. 2016. Manajemen Kelas Berbasis Peserta Didik. Malang: Universitas Negeri
Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ulfatin, N. 2015.
Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya.
Malang: Media Nusa Creative.
0 komentar:
Posting Komentar