Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kerjasama Smkn 3 Malang Dengan DU/DI


KERJASAMA SEKOLAH DENGAN DUNIA USAHA ATAU DUNIA INDUSTRI DI SMKN 3 MALANG

Hasil gambar untuk gambar kerjasama dudi dengan smk kartun 

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan karena untuk menarik peran serta masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan oleh sekolah. Peran serta masyarakat sangatlah penting karena dengan adanya peran dari masyarakat sekolah merasa terbantu dalam mendidik peserta didiknya. Sekolah perlu mengembangkan potensi dan keterampilan tentang pendidikannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam sekolah menengah kejuruan hubungan sekolah dengan masyarkat harus dibangun terutama dalam bidang dunia usaha atau dunia industri, karena di sekolah menengah kejuruan (SMK) dituntut untuk menciptakan lulusan yang mempunyai ilmu pengetahuan, dan kecakapan yanng baik sehingga dapat bekerja dibidangnya secara berkompten. Sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan lulusan yang siap dilapangan kerja, maka sekolah harus membangun program kerja hubungan sekolah dan masyarakat dengan dunia usaha atau dunia industri.
Dengan adanya dunia usaha atau dunia industri sekolah bisa mendapatkan tempat PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi peserta didik, dimana bisa melatih kemampuan peserta didik di bidangnya. Peserta didik juga mendapatkan pelajaran yang belum tentu didapatkan dari sekolah. Selain itu sekolah bisa juga mendatangkan guru tamu dai alumni yang sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai, guna meningkatkan motivasi peserta didik untuk ikut dalam mencapai kesuksesan. Selain itu dunia usaha atau

dunia industri juga mendapatkan manfaat bisa langusng merekrut tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya. Adanya hubungan kerjasama antara sekolah dengan dunia usaha atau dunia industri harus dilandasi dengan adanya Mou (Memmorandum of Understanding) merupakan dokumen yang berisi perjanjian antara sekolah dan dunia usaha atau dunia industri yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dengan begitu sekolah harus bisa membangun hubungan baik dengan dunia usaha atau dunia industri supaya bisa mencapai tujuan organisasi disuatu lembaga pendidikan.
Menurut Benty dan Gunawan (2015:144) Program adalah suatu rancangan mengenai asas suatu usaha yang akan dijalankan. Sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan dan bantu membantu diantara satu dengan yang lain kepada pencapaian suatu tujuan program itu. Program kerja juga digunakan sebagai sarana mewujudkan cita-cita organisasi. Jadi, program kerja merupakan suatu rencana dan tata cara yang telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Dalam program kerja pasti ada strategi untuk menyusun suatu rencana untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan program startegis kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu, merupakan suatu proses menentukan ide-ide atau gagasan untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang disusun secara sistematis beserta pemecahan masalah apabila ditemukan kendala dalam organisasi.
Menurut Benty dan Gunawan (2015:114) mengemukakan bahwa ada dua alasan mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi, yaitu: (1) efisiensi organisasi, dengan dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka waktu yang habiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk kegiatan apa saja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat; dan (2) keefektifan organisasi, juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya. Menurut Adnan dan Cangara (1996:29) mengemukakan bahwa kegiatan humas dapat dikelompokkan atas 10 bidang usaha, yakni: (1) pendapat umum; (2) hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat; (3) hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat sekitar (community); (4) hubungan industri; (5) hubungan keuangan

perdagangan; (6) hubungan pemerintahan; (7) hubungan internasional; (8) hubungan pemakai (konumsi); (9) masalah riset dan statistik; (10) hubungan dengan media massa.
Hubungan masyarakat mencakup berbagai macam bidang usaha yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan hubungan yang baik antara organisasi, lembaga atau negara dengan masyarakat. Semua kegiatan humas terlebih dahulu hendaknya disusun melalui rencana program kerja humas dalam program rutin dan program kerja insidental yaitu jangka pendek (setiap tahun), jangka menengah (1-2 tahun), jangka panjang (3-4 tahun). Program kerja yang akan dilaksanakan sekolah menurut Nasution (2010) (dalam Benty dan Gunawan, 2015:148) dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yakni: (1) program kerja rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan kronologis; (2) program kerja insidentil adalah kegiatan yang dilaksanakan pada periode tertentu.
Kerjasama yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI) adalah sebuah strategi pembelajaran dan bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kerjasama  dilakukan selain karena tuntutan kurikulum juga sebagai upaya pengembangan keterampilan peserta didik SMK dalam bentuk kerja nyata atau PKL (Praktik Kerja Lapangan) industri yang diharapkan juga dapat memberikan keuntungan bagi industri untuk memanfaatkan mereka sebagai tenaga kerja bantu pada level operasional dan juga industri. Pola kerjasama bisa dilakukan secara berkesinambungan,dan secara teknis sekolah yang harus berinisiatif untuk mengiformasikan kepihak industri mengenai jadwal dan waktu, sehingga antara industry dan sekolah secara bersama sama membuat komitmen dengan industri MOU. Prinsip kerjasama industri antara sekolah dengan dunia kerja pada akhirnya mempunyai tujuan untuk mempercepat waktu penyesuaian bagi lulusan sekolah kejuruan dalam memasuki dunia kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah menengah kejuruan.

A.    Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan Kerjasama Sekolah dengan DU/DI
Menurut Minarti (2012:285) mengemukakan bahwa “Salah satu tujuan program kehumasan adalah memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah,swasta, dan organisasi sosial. Salah satunya adalah dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Adapun tujuan praktik industri menurut Wardiman (1998:79)  antara lain : 1). Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, 2) Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepakatan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, 3) Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja yang berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada di dunia kerja, 4).Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Anggapan SMKN 3 Malang setiap tahun sudah menyusun program kerja untuk hubungan sekolah dan masyarakatnya. Dimana di dalam program kerja tersebut sudah tercantum program untuk pelaksanaan kerjasama dengan DU/DI. Setiap tahun SMKN 3 Malang mengupdate jaringan kerjasama/MOU dengan DU/DI. Karena menurut teori dari Benty dan Gunawan (2015:114) mengemukakan bahwa ada dua alasan mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi, yaitu: (1) efisiensi organisasi, dengan dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka waktu yang habiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk kegiatan apa saja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat; dan (2) keefektifan organisasi, juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya. Jadi sekolah sangat perlu menyusun program kerja untuk sekolah dan masyarakat setiap tahunnya dan sudah sesuai dengan teori tersebut.

Menurut Pardjono (2011) mengemukakan fungsi DU/DI bagi sekolah diantaranya:
1.      Sebagai tempat praktik siswa.
2.      Industri sebagai tempat magang kerja.
3.      Industri sebagai tempat belajar manajemen industri dan wawasan dunia kerja.
B.     Pertimbangan Sekolah dalam Memilih Client DU/DI
Kurikulum harus disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja terutama DU/DI. Guru yang mengajar wajib meningkatkan kompetensi mengajarnya, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif. Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek kualitasnya artinya jasa kerja yang dihasilkan oleh tenaga kerja untuk mencapai suatu hasil produksi, sedangkan aspek kuantitas adalah jumlah penduduk atau tenaga kerja yang mampu bekerja.
Menurut Notoatmodjo (2009:12) menyatakan bahwa “Dalam pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia ini perlu mempertimbangkan berbagai faktor, baik dari dalam diri organisasi itu sendiri maupun dari luar organisasi yang bersangkutan (internal maupun eksternal). Faktor yang menjadi pertimbangan  hubungan kerjasama SMK dengan DU/DI, yaitu:
1.      Kualitas Tenaga Pendidik.
2.      Kompetensi Tenaga Kerja.
3.      Sarana Prasarana.
4.      Hubungan kerjasama SMK dengan DU/DI.
5.      Potensi daerah.               
6.      Kemampuan IPTEK, dan
7.      Kebijakan Pemerintah.
C.    Perkembangan Sekolah Untuk Menarik Minat DU/DI
Dalam perkembangan sekolah dalam hal untuk menarik minat DU/DI adalah sekolah mampu memberikan pelatihan dan proses belajar mengenai program usaha dan industri kepada peserta didik. Peserta didik juga belajar tentang manajemen dan organisasi industri untuk belajar tentang dunia usaha dan cara pengelolaan usaha, sehingga mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang dunia usaha dan dunia wirausaha agar DU/DI dapat merekrut atau menerima PKL dari  peserta didik dari lembaga tersebut.
Selain itu sekolah mempunyai beberapa kompetensi keahlian untuk menarik minat yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI, seperti:
1.      Tata busana
2.      Tata boga
3.      Akomodasi perhotelan
4.      Tata kecantikan
5.      Teknik komputer dan Jaringan
6.      Teknik kendaraan ringan
7.      Otomotif
D.    Usaha Sekolah dalam Mengembangkan Kerjasama dengan DU/DI
Menurut Susana (2016) mengemukakan bahwa usaha-usaha sekolah dalam mengembangkan kerjasama dengan DU/DI ada beberapa aspek, yaitu:
1.      Dari guru, merupakan tenaga pendidik/ pembimbing yang bertugas memberi pelatihan dan pengajaran tentang dunia usaha atau dunia industri agar sekolah dapat menjalin kerjasama dengan DU/DI.
2.      Dari peserta didik, merupakan peserta dalam kegiatan PKL yang dilaksanakan di DU/DI. Jadi, sekolah dapat menjalin kerjasama secara nyata atau KPL oleh peserta didiknya.
3.      Peralatan, merupakan perangkat yang membantu dalam memperoleh hasil yang cepat, tepat dan efisien.
4.      Bahan, merupakan material yang digunakan untuk membuat suatu produk.
5.      Bahan ajar, merupakan susunan materi yang akan diajarkan kepada siswa dalam mencapai tingkat keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di DU/DI.
6.      Metode, merupakan cara penyampaian materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7.      Jadwal, merupakan perangkat pelaksanaan kegiatan baik di sekolah maupun di industri mengenai siapa, apa, dan dimana kegiatan tersebut berlangsung.
8.      Waktu, merupakan lamanya pelaksanaan kerjasama dengan DU/DI.
9.      Perangkat lunak/ administratif, merupakan perangkat untuk pelaksanaan proses belajar mengajar yang berbeda antara di sekolah dengan di DU/DI.
10.  Pembiayaan (capita cost), merupakan biaya tetap yang harus ada dalam pelaksanaan PKL.
E.     Pihak yang Terlibat dalam Kerjasama DU/DI
Menurut Azizah, dkk (2015:151) menyatakan bahwa “Pihak yang terlibat dalam kerjasama DU/DI adalah Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, Staf Tata Usaha, Peserta Didik, Institusi Pasangan dan Orang tua siswa”. Jadi pelaksanaan kerjasama sekolah dengan DU/DI dapat dilihat:
1.       Pengembangan hubungan kerjasama antara SMK dengan DU/DI dilaksanakan melalui koordinasi tugas dan tanggung jawab Komite Sekolah.
2.      Hubungan kerjasama dikembang kan dengan prinsip saling menguntungkan, khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan masing-masing pihak.
3.      Inisiatif pengembangan hubungan kerjasama harus dimulai dari pihak SMK, terutama dalam membangun saling pengertian masing-masing pihak.
4.      SMK harus memiliki data yang lengkap dan akurat tentang peta dunia usaha/ industri/ kerja disekitarnya.
5.       SMK bersama Komite Sekolah harus dapat mengatur sarana, personal dan jadwal kegiatan perkembangan hubungan kerjasama, dan
6.      Jalinan kerjasama antara SMK dan Dunia Usaha/Dunia Industri, sebaiknya dibuat MoU secara formal dalam bentuk naskah kesepakatan kerjasama.
F.     Permasalahan dan Solusi dalam Menjalin Kerjasama dengan DU/DI  
Menurut Indriaturrahmi (2016) mengemukakan bahwa permasalahan yang sering muncul dari kerjasama DU/DI adalah:
1.      Sekolah harus bisa menyesuaikan dengan DU/DI.
2.      Sekolah menuntut biaya investasi yang besar. Karena sekolah membutuhkan fasilitas praktik berupa gedung, mesin-mesin, peralatan dan fasilitas pendukung praktik lainnya serta biaya operasional yang tinggi.
3.      Jumlah industri tidak sebanding dengan jumlah siswa di sekolah yang memerlukannya sebagai tempat praktik.
4.      Tidak semua siswa mampu memenuhi standar kompetensi minimal yang ditentukan pihak industri, sehingga mereka takut memperkerjakan siswa di sekolah karena memiliki resiko pada kegagalan produksi, yang berakibat pada kerugian di pihak industri.
5.      Pembimbing yang kurang teliti terhadap potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga akan banyak terjadi hambatan.
6.      Adanya campur tangan pihak ketiga yaitu orang tua peserta didik yang langsung mengajukan komplainnya kepada DU/DI.
7.      Peserta didik yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di DU/DI, sehingga peserta didik sering bolos saat praktik.
Jadi, solusi untuk memecahkan masalahnya adalah:
1.      DU/DI membuat peraturan tentang kerjasama dengan sekolah agar pihak sekolah dapat menyesuaikan kerjasama tersebut.
2.      Siswa dapat memberikan kontribusi pekerjaan yang unggul di DU/DI.
3.      Kebijakan Pemerintah memiliki kapasitas untuk bisa menampung siswa SMK untuk praktik di industri dengan jumlah 70% SMK, dan 30% SMA.
4.      Pelatihan atau belajar untuk peserta didik di sekolahnya mengenai bidang usaha dan bidang industri.
5.      Pembimbing harus mengetahui potensi yang dimiliki setiap peserta didik.
6.      Seharusnya orang tua mengajukan laporan komplainnya ke sekolah terlebih dahulu.
7.      Sekolah memberikan pengetahuan dasar tentang etika berpakaian, berbicara, berpakaian, dan bersikap kepada peserta didik agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan DU/DI.
G.    Feedback Kerjasama Sekolah dengan DU/DI
Dalam menjalin kerjasama tentu saja ada feedback dari kedua belah pihak, dimana sekolah dapat memberikan bantuan tentang tenaga kerja atau PKL dari peserta didiknya dan sekolah mampu menghasilkan lulusan yang handal dan profesional agar bisa direkrut oleh DU/DI. Sekolah juga bisa sebagai pelaksana investasi DU/DI.
Dari pihak DU/DI memberikan pengalaman kepada peserta didik di sekolah. Selain dari peserta didik, DU/DI juga bisa memberikan pelatihan kepada pendidik atau guru agar lebih profesional lagi dalam menjalankan kerjasama dengan DU/DI, dan DU/DI memberikan bantuan berupa gedung, mesin dan fasilitas pendukung lainnya untuk peserta didik sebagai bahan praktik.
H.    Peran DU/DI dengan Peserta Didik
Menurut Pardjono (2011) mengemukakan bahwa peran industri semakin penting bagi SMK karena perkembangan teori pendidikan dan pembelajaran kejuruan lebih banyak menempatkan DUDI sebagai tempat belajar cara kerja yang efektif. Ada dua teori belajar di tempat kerja yang pokok yang terkait dengan DUDI, yaitu situated learning dan work-based learning (belajar berbasis tempat kerja).
1.      Konsep Situated Learning
Situated Learning adalah merupakan teori belajar yang mempelajari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia kerja. Empat prinsip terkait dengan situated learning, yaitu: (1) belajar adalah berakar pada kegiatan sehari-hari (everyday cognition), (2) pengetahuan diperoleh secara situasional dan transfer berlangsung hanya pada situasi serupa (context), (3) dan belajar marupakan hasil dari proses sosial yang mencakup cara-cara berpikir, memandang sesuatu, pemecahan masalah, dan berinteraksi di samping pengetahuan deklaratif dan procedural, (4) belajar merupakan hal yang tidak terpisah dari dunia tindakan tetapi eksis di dalam lingkungan sosial yang sehat dan komplek yang meningkatkan aktor, aksi, dan situasi. Dari keempat prinsip ini, prinsip kedua adalah lingkungan yang serupa dengan dunia kerja yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah. Lingkungan dunia usaha dan dunia industri adalah lingkungan belajar yang memberikan pengalaman siswa yang mendukung kerja di industri adalah industri sendiri.
2.      Work-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Kerja)
Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji. WBL secara ekspresif menggabungkan antara teori dengan praktik, pengetahuan dengan. WBL mengakui bahwa tempat kerja menawarkan kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam sistem ini siswa belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.

DAFTAR RUJUKAN

Adnan, Hamdan dan Cangara Hafied. 1996. Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional.
Azizah, dkk. 2015. Strategi Kerjasama Sekolah Dengan Dunia Usaha Dan Dunia Industri (DU/DI) Dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan Pada SMK Negeri 3 Banda Aceh.Banda Aceh.Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan, 3(2). (Online), (https://media.neliti.com/media/publications/93817-ID-strategi-kerjasama-sekolah-dengan-dunia.pdf) diakses 30 April 2018.
Benty, Djum Djum Noer dan Gunawan, Imam. 2015. Manajemen Hubungan         Sekolah Dan Masyarakat. Malang: UM PRESS.
Indriaturrahmi dan Sudiyatno. 2016. Peran Dunia Usaha Dan Dunia Industri Dalam Penyelenggaraan SMK Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Mataram. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(2). pdf (Online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv) diakses 30 April 2018.
Minarti, Sri. 2012. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Notoatmodjo, Soekirdjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pardjono. 2011. Peran Industri dalam Pengembangan SMK. (Online), (staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/peran-dudi-utk-smk.docx) diakses 30 April 2018.
Susana, Nanik.2016.Pengelolaan Praktik Kerja Industri. Bengkulu Utara. pdf (Online), (https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/.../1109) diakses 30 April 2018.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pendistribusian Sarana dan Prasarana Sekolah

PENDISTRIBUSIAN SARANA DAN PRASARANA       Pendistribusian Sarana dan Prasarana P endistribusian sarana dan prasarana merup...