BENCHMARKING DALAM MENNGKATKAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
Oleh: Beti Widaryati
Program Sarjana Administrasi
Pendidikan Universitas Negeri Malang
Email: bwidaryati@gmail.com
Abstrak: Pada artikel ini peneliti mengulaskan penelitian guna
untuk mengetahui serta memahami cara untuk bagaimana meningkatkan manajemen
perpustakaan melalui benchmarking.
Untuk penelitian ini sendiri metode yang digunakan oleh peneliti yakni dengan
menggunakan metode literature review
yakni dengan menganalisis tentang bagaimana cara meningkatkan manajemen
perpustakaan. Hasil dari penelitian ini yaitu 1) upaya menyelenggarakan layanan
prima terhadap kepuasan pengguna perpustakaan, 2) pelaksanaan benchmarking dalam manajemen
perpustakaan.
Kata kunci : benchmarking, manajemen
perpustakaan, manajemen mutu terpadu
Manajemen
merupakan suatu rancangan kegiatan dalam sebuah organisasi yang dirancang
khusus untuk melakukan serta menyiapkan beberapa faktor pendukung yang antara
lain seperti metode, materi, dan sumber daya manusia (SDM) yang akan dikelola
sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang berlaku agar perpustakaan dapat
berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk melaksanakan sebuah kegiatan biasanya
kita terlebih dahulu harus memperhatikan hal-hal yang penting yaitu diantaranya adalah mengenai
strategi kita untuk mengelola faktor-faktor pendukung yang penting seperti
sumber daya manusianya ataupun informasi yang penting, Wince (2018:24). Dengan
semakin canggihnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
masyarakat akan lebih mudah mengakses sumber informasi yang mereka butuhkan
khususnya bagi kalangan pelajar. Dengan demikian adanya perpustakaan memegang
peranan yang sangat penting dalam menggali sumber informasi. Tujuan pendidikan
sendiri adalah untuk menjadikan manusia yang bijaksana, menjadi bagian dari
warga negara yang baik, menjadikan sesorang untuk bertanggung jawab, dapat
meningkatkan kualitas hidupnya agar dapat sejahtera, Shofan (2004:55).
Menurut
Wince (2018:24) perpustakaan merupakan salah satu contoh lembaga yang menaungi bidang
penggorganisasian informasi yang tercatat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan bagi para penggunanya untuk mengakses berbagai sumber informasi serta
pengetahuan. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang
perpustakaan dalam Persia (2013) mrupakan sebuah institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, serta karya rekam secara profesional dengan
menggunakan sistem yang baku untuk memenuhi kebutuhan di dunia pendidikan,
penelitian, serta untuk para pemustaka. Untuk meningkatkan peran perpustakaan
maka salah satu upaya yang digunakan adalah melalui benchmarking. Dalam manajemen mutu terpadu, benchmarking merupakan salah satu upaya atau suatu strategi yang
tepat dan tepat untuk untuk meningkatkan suatu perkembangan agar menjadi lebih
baik untuk kedepannya lagi.
METODE
Peneliti
pada pembahasan ini menggunakan metode literature
review. Disini langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
mengumpulkan terlebih dahulu buku, artikel, serta jurnal. Kemudian yang kedua,
membaca abstrak serta pendahuluan dari karangan-karangan yang sudah
terkumpulkan. Ketiga, mencatat apa saja hal-hal yang dianggap relevan. Lalu
yang keempat atau yang terakhir yakni melakukan analisis dengan sumber yang telah
dibaca untuk menemukan hipotesis sementara, Sandjaja & Albertus (2006:30).
Peneliti selanjutnya menganalisis pokok permasalahan yang sudah peneliti angkat
yakni mengenai manajemen perpustakaan. Sedangkan menurut Syaodih (2009:52) literature review merupakan penelitian
yang mengkaji pengetahuan secara kritis serta temuan yang terdapat di dalam literature review lebih beroerientasi akademik.
HASIL
Pada
saat ini peranan perpustakaan dapat dikatakan sebagai bagian intregral pada
sebuah organisasi maupun lembaga. Hal tersebut dikarenakan perpustakaan
merupakan suatu unit yang menyediakan berbagai sumber informasi serta
pengetahuan bagi para pengguna nya. Dalam satuan pendidikan pada lembaga
pendidikan baik yang dikelola oleh swasta maupun negeri dari berbagai jenjang
mulai dari jenjang pendidikan paling bawah bahkan sampai tingkat perguruan
tinggi, dewasa ini semakin perlu untuk melakukan pengelolan terhadap
perpustakaan sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen
perpustakaan. Dalam penyelenggaraan suatu perpustakaan yang berada di sekolah,
diharapkan dapat membantu peserta didik serta guru untuk menuntaskan tugas-tugasnya
pada proses kegiatan belajar mengajar, Bafadal (2006:3).
Untuk
meningkatkan kualitas manajemen perpustakaan maka perlu suatu cara atau
strategi yang terencana guna mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Menurut
Putra, Mustiningsih, & Sumarsono (2018:451) kegiatan perencanaan merupakan
tahap awal dari sebuah manajemen tahap penting dalam penentu kesuksesan untuk
melanjutkan jalannya manajemen selanjutnya. Dalam tahap ini terdapat aspek
penting yang harus dipikirkan secara matang dalam tahap perencananan yakni
menentukan tujuan dari perpustakaan sekolah, serta mengidentifikasi kebutuhan
dan juga penggunanya, Mansyur (2015:46). Maka dapat diartikan sebuah
perpustakaaan harus menyusun program-program atau kegiatan. Hal tersebut
dilakukan agar perpustakaan benar-benar menajalankan fungsinya sebagai penyedia
informasi bagi mereka para pemustaka.
Keberadaan
perpustakaan disini tidak hanya untuk memiliki minat membaca saja, akan tetapi
juga memiliki minat untuk menulis. Budaya membaca serta budaya menulis disini
bukan hanya minat saja, akan tetapi dari kedua hal tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menunjukan ketrampilan yang ada tersebut untuk media berkomunikasi serta
menyampaikan kreatifitas dan juga serta ide kepada orang lain untuk
meningkaatkan kualitas hidupnya yang dewasa ini akrab dikenal dengan istilsh
literasi atau melek aksara, Kalida dan Mursyid (2014:103). Benchmarking dapat digunakan sebagai upaya atupun strategi yang
sangat cocok untuk mencapai suatu keberhasilan yang bersifat dinamis sebagai
patokannya.
PEMBAHASAN
Upaya Menyelenggarakan Layanan
Prima Terhadap Pengguna Kepuasan Perpustakaan
Pelayanan
prima merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penyedia jasa yang dilakukan
untuk melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan baik berupa produk ataupun jasa. Sedangkan menurut Sugiarto
(1999:216) layanan prima (customer care)
adalah kemampuan atau ketrampilan seseorang dalam melayani orang lain dengan
sebaik-baiknya untuk mewujudkan harapan pelanggan. Pada prinsipnya manajemen
mutu terpadu dapat digunakan untuk alternatif dalam meningkatkan kinerja
perpustakaan serta sebagai pemicu agar seorang pustakawan lebih inovatif dan
kreatif dalam upaya mengembangkan konsep layanan prima. Menurut Parasurman
(1990) terdapat lima dimensi yang dapat dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan
kegiatan layanan prima guna menilai suatu kualitas layanan, yaitu sebagai
berikut: 1). Tangibels merupakan
elemen yang diberikan berupa tampilan fisik mulai dari perlatan, fasilitas,
materi komunikasi, dan perseorangan, 2). Realibility
merupakan elemen yang diberikan berupa kemampuan atau skill untuk mewujudkan jasa yang dijanjikan dengan cepat, akurat
dan terpercaya, 3). Responsiveness
merupakan suatu elemen yang diberikan berupa kemauan yang tujuannya untuk
menyediakan jasa yang tepat kepada para penggunanya, 4). Assurace merupakan elemen yang berupa keramahan personal dan
pengetahuan untuk merebut simpati dan juga kepercayaan pengguna jasa tersebut,
5). Emhpaty merupakan elemen yang
berupa rasa kepedulian dan perhatian masing-masing individu yang diberikan oleh
perusahaan dalam menyikapi ataupun menghadapi pengguna jasa.
Pelaksanaan Benchmarking Dalam Manajemen Perpustakaan
Dalam rangka menerapkan benchmarking banyak ditentukan oleh
beberapa faktor kepuasan pengguna atau pelanggan yang dimaksudkan disini adalah
pengguna layanan perpustakaan. Di era globalisasi yang semakin canggih ini,
berkembangnya suatu sistem manajemen perpustakaan tidak jauh dari banyaknya
keunggulan teknologi yang dapat di akses untuk meningkatkan kualitas layanan
perpustakaan. Shingga disini seorang pustakawan yang mengelola perpustkaan
harus dapat memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada para pengguna
perpustakaan. Dengan adanya kemajuan teknologi ini, tentunya akan semakin
memudahkan suatu organisasi ataupun lembaga untuk meningkatkan kualitas
layanannya kepada para pengguna jasa.
Menurut Winci (2018:26), benchmarking merupakan suatu pendidikan
yang proaktif yang dapat memungkinkan pihak pustakawan atau pihak manaajemen
perpustakaan dapat memahami cara untuk mengelola perpustakaan yang baik dan
ideal sehingga dapat diperdayagunakan oleh para pengunjung perpustakaan serta
dapat memberikan motivasi bagi pengelola pepustakaan agar dapat memfokuskan
perhatiannya kepada usaha perbaikan yang sifatnya terus menerus dapat dilakukan
proses implementasinya. Benchmarking menjadikan
manajemen untuk membimbing pihak prpustakaan melihat perpustakaan lainnya yang
ada di luar sana. Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan agar pihak
perpustakaan mendapatkan inspirasi maupun inovasi untuk melakukan peningkatan
performansi perpustakaan yang tentunya lebih unggul lagi daripada perpustakaan
yang lainnya. Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwasannya tujuan benchmarking sendiri adalah untuk menemukan strategi ataupun kunci menuju sukses yang
kemudian dapat mengadaptasi serta memperbaiki pada suatu lembaga ataupun
organisasi yang melaksanakan benchmarking.
Simpulan
Benchmarking
merupakan salah satu upaya strategi atau dapat disebut sebagai kunci sukses
yang kemudian diimplementasikan serta memperbaikinya untuk diterapkan pada
suatu lembaga. Benchmarking dapat
digunakan atau diterapkan di sebuah perpustakaan sebagai wujud dari pengembangan
perpustakaan yang dinamis serta berkelanjutan yang adanya terus menerus. Sebuah
perpustakaan menerapkan benchmarking apabila
manajemen sistemnya menuju atau mengarah pada manajemen mutu terpadu yang
bawasannya merupakan pemberdayaan sebuah sumber daya yang ada pada suatu
organisasi ataupun lembaga yang dikelola secara optimal dan dikembangkan secara
optimal dan dikembangkan secara fokus serta profesional.
Daftar Rujukan
Bafadal,
Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara
Kalida, Muhsin dan Moh. Mursyid. 2014. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri.
Yogyakarta: Aswajo Presindo.
Mansyur, HM. 2015. Manajemen
Perpustakaan Sekolah. Pustakaloka, 7
(1). (Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=387357&val=7255&),
diakses 13 November 2018.
Persia,
NA. 2013. Peran Perpustakaan Anak di
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta.Jurnal Ilmu Perpustakaan. 2
(3)(Online),(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php./jip), Diakses pada 14
November 2018.
Putra, Mustiningsih & Sumarsono.
2018. Manajemen Layanan Khusus Dhamysoga Character Camp (DCC) sebagai Pembentuk
Karakter Peserta Didik. Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan. 1 (4), (Online),
(http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp), diakses 11 November 2018.
Sandjdja
& Albertus. 2006. Panduan Penelitian.
Jakarta: Pretasi Pustaka raya.
Shofan. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta:IRCiSoD.
Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sugiarto, Endar. 1999. Psikologi Pelayanan Dalam Indstutri Jasa.
Jakarta : Gramedia
Wince, Eka. 2018. Benchmarking Dalam
Manajemen Sebuah Perpustakaan. Jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (Online).
(https://www.researchgate.net/publication/326092133)
diakses 20 November 2018.